Electronic Resource
Proposal Penelitian “Analisis Pembacaan Puisi W.S. Rendra”
Pembacaan puisi merupakan proses membacakan puisi secara lisan atau dilafalkan. Pembacaan puisi memiliki teknik yang berkaitan dengan kualitas vokal yang meliputi: artikulasi, diksi, tempo, dinamika, modulasi, intonasi, jeda, dan pernapasan.
Penelitian ini memiliki tujuan umum dan khusus. Secara umum penelitian ini bertujuan mendapatkan deskripsi secara objektif tentang teknik pembacaan puisi oleh WS Rendra. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan deskripsi secara objektif tentang teknik penggunaan tempo, dinamika, intonasi, dan jeda WS Rendra dalam membaca puisi. Untuk memperoleh hasil yang diharapkan, penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif karena datanya bersifat kualitatif yaitu berupa kata-kata atau kalimat.
Objek penelitian ini berupa rekaman WS Rendra ketika membacakan puisi, yang meliputi penggunaan tempo, dinamika, intonasi dan jeda, dengan instrumen penelitian berupa teks puisi yang diberi tanda parafrase. Selain itu, peneliti juga menganalisis stuktur fisik dan batin puisi. Kemudian hasil analisis stuktur puisi dipadukan dengan hasil analisis pembacaan puisi untuk memperoleh deskripsi objektif kualitatif tentang teknik penggunaan tempo, dinamika, intonasi, dan jeda.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, ditemukan beberapa hal sebagai berikut. Pada puisi percintaan ditemukan penggunaan tempo lambat dan sedang, dinamika suara perlahan sahaja dan suara keras sekali; intonasi biasa, tekanan suara meninggi, dan tekanan suara merendah; jeda berhenti sebentar, berhenti lama, dan berhenti lama sekali. Pada puisi tentang kemanusiaan ditemukan penggunaan tempo lambat, tempo sedang, dan tempo cepat; dinamika suara perlahan sahaja dan keras sekali, intonasi biasa; tekanan suara tinggi, dan tekanan suara merendah; jeda berhenti sebentar, berhenti lama , dan berhenti lama sekali. Pada puisi pamflet yang berisi protes, ditemukan tempo lambat, sedang, dan cepat; dinamika suara perlahan sahaja dan suara keras sekali; intonasi biasa, tekanan suara tinggi, dan tekanan suara merendah; jeda berhenti sebentar, berhenti lama, dan berhenti lama sekali.
Dari temuan penelitian tersebut penulis berkesimpulan bahwa pada puisi percintaan WS Rendra cenderung menggunakan tempo lambat dan sedang untuk mengungkapkan perasaan cintanya; dinamika pelan sahaja mengungkapkan rasa hormat pada perempuan yang dicintainya, suara keras mengungkapkan kesungguhan; intonasi tekanan suara biasa untuk mengimajikan keadaan yang dirasakannya saat merasakan cinta, tekanan suara meninggi untuk mengungkapkan keseriusan cinta, tekanan suara merendah mengungkapkan perasaan menggebu yang sudah lebih terkendali; jeda berhenti sebentar mengungkapkan cinta yang menggebu, berhenti agak lama ketika perasaan penyair sudah lebih tenang, dan berhenti lama untuk mengakhiri pembacaan puisi. Puisi tentang kemanusiaan tempo lambat untuk mengungkapkan atau mempertegas sesuatu agar lebih dimengerti oleh penikmat/ pendengar, tempo sedang untuk mengungkapkan ketenagan batin penyair, tempo cepat mengungkapkan optimisme penyair dalam menghadapi kehidupan; dinamika suara perlahan bersahaja lebih banyak digunakan dalam puisi yaitu untuk mengungkapkan optimisme dan memberi motivasi, suara keras sekali untuk mempertegas sesuatu yang bersifat motivasi; tekanan suara biasa pada puisi untuk mengungkapkan kesahajaan penyair dalam menghadapi kehidupan, tekanan suara meninggi untuk mengungkapkan optimisme penyair, tekanan suara merendah untuk mengungkapkan persaan dan suasana teduh atau tenang yang dirasakan penyair; jeda berhenti sebentar pada puisi tersebut untuk mengungkapkan optimisme hidup yang tinggi, sedangkan berhenti agak lama untuk mempertegas makna dan maksud kalimat yang diungkapkan. Puisi berisi protes keadilan sosial tempo sedang di awal puisi ditujukan pada pihak yang dikritik, tempo lambat untuk mengungkapkan penegasan agar kalimat yang disampaikan lebih mudah dimengerti pendengar, tempo cepat dan sangat cepat untuk mengungkapkanprotes keras terhadap pihak yang dikritik; dinamika suara perlahan sahaja untuk mengawali sikap protes penyair, suara keras sekali seperti berteriak untuk mengungkapkan protes kekesalan dan kekecewaan penyair; tekanan suara biasa untuk mengungkapkan kehampaan atau keheranan penyair terhadap keadaan yang terjadi, tekanan suara meninggi untuk mengungkapkan protes keras penyair, tekanan suara merendah untuk mengungkapkan protes secara halus; jeda berhenti sebentar untuk mengungkapkan protes, sedangkan berhenti agak lama untuk menunjukkan bahwa kalimat yang akan disampaikan selanjutnya sangat bermakna sekaligus mempertegas kalimat yang akan diungkapkan tersebut (kekecewaan penyair).
| SB00000D | KKI 410 suk p/s | Perpustakaan Unikama | Tersedia |
Tidak tersedia versi lain