Electronic Resource
Nilai Perjuangan Hidup Tokoh Utama dalam Novel Jala Karya Titis Basino
Karya sastra merupakan hasil imajinasi dan kreativitas seorang pengarang. Pengarang menulis tentang apa saja yang menimbulkan keharuan batinnya, dan mendorong untuk berpikir, mencernakan dan mensublimasikan apa yang dilihat, didengar, dirasakan, dialami, dan akhirnya dia menciptakan (Lubis,1996:37). Selanjutnya Lubis (1996:53) mengemukakan bahwa kreativitas seorang sastrawan adalah kemampuan untuk mengapresiasi manusia dan kehidupannya, pengalaman masyarakatnya, sejarah bangsanya, dan negerinya, lingkungan hidupnya, kebudayaan dan sistem nilai bangsanya baik yang homogen maupun yang beragam. Sastra mencoba mengarah kepada persoalan budaya, mencoba memahami kehidupan, melihat persoalan kehidupan, memberikan makna dan mencari dasar persoalan.
Berbicara mengenai sastra yang memiliki sifat imajinatif, kita berhadapan dengan tiga jenis (genre) sastra, yaitu prosa, puisi, dan drama. Salah satu jenis prosa adalah novel. Novel sebagai cerita tentang suatu pencarian yang memiliki tingkatan perubahan akan nilai-nilai yang otentik adalah nilai-nilai yang mengorganisasikan dunia novel secara keseluruhan meskipun hanya secara implisit bukan secara eksplisit (Goldmann dalam Faruk, 1994 : 79). Novel sebagai salah satu produk sastra memegang peranan penting dalam memberikan pandangan untuk menyikapi hidup secara artistik imajinatif. Dalam penelitian ini peneliti melakukan penelitian yang berjudul Nilai Perjuangan Hidup Tokoh Utama Dalam Novel Jala Karya Titis Basino. Novel ini banyak memuat tentang pesan-pesan moral yang bisa kita ambil dari contoh cara hidup tokoh di dalamnya. Khususnya nilai perjuangan hidup tokoh. Oleh karena itu, peneliti melakukan penelitian pada novel Jala ini dengan menggunakan kajian psikologi eksistensialisme. Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tentang nilai perjuangan hidup tokoh utama dalam novel jala karya Titis Basino dengan menggunakan kajian psikologi eksistensialisme. Masalah tersebut dijabarkan dalam rumusan: (1) Tokoh utama menyadari dunia empiris di luar dirinya atau being-there, (2) Tokoh utama menyadari kebebasan akan dirinya atau being-oneself, (3)Tokoh utama menyadari akan kepribadiannya atau being-in-itself.
| SB00117S | KKI 410 TAU n/s | Perpustakaan Unikama | Tersedia |
Tidak tersedia versi lain