Electronic Resource
Meningkatkan Kemampuan Berbahasa Anak Melalui Metode Bercerita di Kelompok B TK Dharma Wanita Persatuan 01 Dinoyo Malang di Masa Pandemi Covid 19
Bahasa merupakan bagian penting dalam kehidupan anak. Untuk mengembangkan kemampuan berbahasa terdapat berbagai aspek kegiatan yang dapat dilakukan oleh tenaga pendidik/ guru yakni dengan cara merangsang minat anak untuk berbicara, latihan menggabungkan bunyi bahasa, memperkaya perbendaharaan kata, mengenalkan kalimat melalui cerita dan nyanyian dan mengenalkan lambang tulisan. Pada kelompok B TK Dharma Wanita Persatuan 01 Dinoyo, kemampuan bahasa anak belum mencapai Standar Tingkat Perkembangan Pendidikan Anak Usia Dini (STPPA). Dari hasil pengamatan langsung (Pra Siklus) kemampuan anak di kelas B, anak dengan kriteria Berkembang Sangat Baik untuk aspek mengungkapkan bahasa masih kecil yakni hanya 13,34%.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana kemampuan awal berbahasa anak dan apakah dengan metode bercerita dapat meningkatkan kemampuan bahasa anak.
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi, dokumentasi dan penilaian. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri dari 2 siklus. Siklus 1 selama 5 hari dan siklus 2 selama 2 hari. Dari jumlah 26 anak kelas B, dengan mengunakan teknik sampel acak, diambil 15 anak yang akan terlibat dalam penelitian ini.
Dari hasil penelitian, kemampuan awal bahasa anak di kelas B TK Dharma Wanita Persatuan 01 Dinoyo memang masih rendah. Tingkat persentasenya hanya 13,34% berdasarkan pengamatan secara langsung. Setelah diadakan PTK Siklus I, peningkatan anak dengan kriteria Berkembang Sangat Baik (BSB) mencapai 33,33% dan Berkembang Sesuai Harapan (BSH) mencapai 46,67%. Pada Siklus II, kemampuan berbahasa anak sudah baik. Ini terlihat dari persentase kriteria BSB meningkat menjadi 80%, kriteria BSH mencapai 13,33% dan tidak ada anak dengan kriteria Belum Berkembang. Dengan dilakukan metode bercerita, terlihat perkembangan kemampuan bahasa anak. Anak tidak lagi ragu untuk berkomunikasi dengan guru, mejawab pertanyaan guru ataupun menceritakan kembali cerita yang didengarnya.
Peneliti mengharapkan pada penelitian selanjutanya, peneliti berikutnya dapat menggunakan metode lainnya untuk pengembangan kemampuan bahasa anak.
| 2132928/SB/2021 | KKI 372 DAM m/s | Perpustakaan Unikama | Tersedia |
Tidak tersedia versi lain