Electronic Resource
Implikatur Percakapan Sebagai Sarana Penyingkapan Kearifan Lokal Masyarakat Manggarai
Penelitian ini dimaksud untuk menyingkap atau menggali nilai kearifan lokal dalam masyarakat Manggarai. Secara umum penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan bentuk dan implikasi tuturan dalam bahasa Manggarai yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari khususnya yang mengandung nilai-nilai kearifan lokal.
Penelitian ini menggunakan teori implikatur percakapan yang digagaskan oleh Grice dalam ilmu pragmatik. Teori ini digunakan untuk mengetahui maksud tersembunyai di balik ujaran. Maksud tersembunyi dalam penelitian ini menyangkut kearifan lokal yang terdapat di balik ujaran masyarakat Manggarai dalam percakapan sehari-hari.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Sumber data dalam penelitian ini adalah remaja Manggarai, beberapa tokoh dan masyarakat awam Manggarai, serta mahasiswa Manggarai yang berasal dari kabupaten Manggarai Tengah di Malang. Data penelitian ini adalah percakapan dengan menggunakan bahasa Manggarai. Instrumen dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri sebagai instrumen utama, sedangkan instrumen pelengkap adalah mesin perekam berupa tape recorder, dan angket penelitian berupa kuesioner. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik rekaman dan teknik kuesioner. Teknik pengolahan data dalam penelitian ini terdiri atas tiga, yaitu mentranskripsi data, analisis data, dan kodifikasi data.
Berdasarkan hasil analisis data dalam penelitian ini, dapat disimpulkan seperti berikut: Dari hasil analisis implikatur percakapan dalam penelitian ini ditemukan nilai-nilai kearifan lokal yang tersirat di dalam ujaran masyarakat Manggarai. Nilai-nilai kearifan lokal ini berada atau tersembunyi di balik ujaran masyarakat Manggarai, yaitu (1) menyangkut hubungan manusia atau masyarakat Manggarai dengan alam, (2) hubungan manusia dengan Tuhan, dan (3) hubungan manusia dengan manusia.
Hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut: (1) hubungan manusia dengan alam, yaitu masyarakat Manggarai memilki hubungan yang erat dengan alam, hubungan ini terlihat dari masyarakat menyembah alam, (2) hubungan manusia dengan Tuhan: masyarakat Manggarai mengakui adanya kekuatan adikodrati (supranatural) yang disebut Morin agu Ngaran, Jari agu Dedek (Maha Ilahi, Maha Pencipta) sebelum adanya agama secara formal, (3) hubungan manusia dengan manusia: dalam kehidupan sosial, masyarakat Manggarai memiliki aturan tersendiri, seperti bagaimana cara menghormati, menghargai, merendahkan diri, dan sebagainya dalam kehidupan bersama.
2115772/SB/2014 | KKI 410 SAI i/s | Perpustakaan Unikama | Tersedia |
Tidak tersedia versi lain